“Ku tetap mencintaimu,
masih. Meski kamu tidak cinta aku. Ku tetap merindukan kamu.”
Pernahkah kamu mencintai seseorang
yang tidak mencintaimu?
Pernahkah kamu merindukan seseorang
setiap harinya meski sekalipun dia tidak merindukanmu?
Pernahkah kamu bertahan demi
seseorang yang sama sekali tidak mempertahankanmu?
Aku pernah.
Aku pernah berdarah demi mencintai
seseorang yang tidak mencintaiku.
Aku pernah menguras habis air mataku
hanya untuk merindukan seseorang yang tidak pernah merindukanku.
Aku pernah menukar kebahagiaanku demi
bertahan untuk seseorang yang tidak pernah mempertahankan aku.
Aku akui, aku adalah seorang yang
bebal.
Tapi aku mencintaimu.
Aku terluka, tapi aku bahagia hanya
sebab kamu tersenyum jika bersamaku.
Meskipun bukan senyum yang menggambarkan sebuah perasaan cinta.
Sampai aku benar-benar menyaksikan
senyummu yang paling bersinar ketika bersama pria itu.
Membuatku sadar akan satu hal.
Melepaskan bukanlah akhir dari segala
hal, tapi awal yang baru.
Bahwa mengikhlaskan bukanlah
menyerah, melainkan menerima hal-hal yang tidak bisa dipaksakan.
Ku tetap mencintaimu, masih.
Maka dari itu, kamu aku lepaskan
untuk terbang sebebas-bebasnya.
Untuk singgah dihati siapapun yang
kamu kehendaki.
Aku membiarkan kamu pergi, karena aku
merasakan bahwa kamu lebih berbahagia ketika aku lepaskan.
Pergilah …
Aku mengikhlaskanmu.
Itulah wujud cintaku terhadapmu, za.
(Paramashinta Az-zahwa)
0 komentar:
Posting Komentar