Angin bertiup lembut membelai wajah kami. Aku tidak bisa berhenti menatap
wajahnya yang sedari tadi memandang lurus kedepan. Mungkin ia menemukan luasnya
hamparan sawah dan padi yang menghijau dalam pandangannya, hamparan sawah dan
padi yang menghijau dalam balutan senja, nampak luar biasa memang. Tapi aku
menemukan semesta dalam balutan senja pada wajahnya. Rambut yang melambai
tertiup angin, menambah kesan cantik melebihi polesan make-up artis sekalipun. Nampak alami, se-alami padi yang menghijau
ini. Nampak anggun, se-anggun senja yang sedang kami nikmati.
“Are, coba
lihat awan itu.” Iriana menunjuk salah satu awan.
“Tampak
seperti sebuah cincin.” Jawabku singkat.
“Cincin
dengan balutan permata senja.” Iriana tersenyum.
Aku terpana dibuatnya, awan yang berbentuk sebuah cincin
dengan permata pancaran senja. Indah bukan main. Dalam hati aku berdo’a “Wahai
Sang Maha Mengetahui deru yang bergemuruh dalam hati setiap manusia, tolong jaga
semestaku, tolong jaga keteduhannya, tolong jaga senjaku=iriana.”