Warna kuning keemasan membuncah langit sore, membuka cakrawala dengan
kekaguman. Senyum ku pun turut menjadi saksi keindahannya. Aku duduk di pinggir
jalan yang hanya bisa di lewati motor dan pejalan kaki saja tapi sepi jika
sudah menjelang sore, di tengah area persawahan yang cukup luas. Aku rutin dua
minggu sekali melakukan jogging sore. Dan ini lah tempat favorit ku. Ketika lelah
merangkul ku, aku akan beristirahat sejenak. Duduk sambil menikmati sunset di
sini. Aku masih selalu melakukan ritual permainan anak-anak yang dikenal dengan
sebutan "ABC lima dasar". Dengan menunjukkan berapa jari tangan yang
kita perlihatkan, lalu kita masing-masing bisa membuat pertanyaan dengan
jawaban dari awal huruf jumlah jari kita, bersama seseorang.
"kita main ABC lima dasar yuk
,tom !", ajak ku.
"bentar ah vi
! masih capek nih ..", jawab thomas sambil menyeka keringat yang masih
berkucuran di dahi nya.
"ayook .. lu
kan udah minum, udah duduk, udah liat sunset, masa' masih capek sih
?",gerutu ku sambil menekuk wajah.
"Eciyee.. yang
lagi ngambek.. Gak asik ah, gitu aja ngambek sih vi ,haha … Ya udah ayok deh
ayok ..",jawab Thomas.
"horee .. ayok
! ABC lima da..sar !", aku menunjukkan tiga jari sedangkan thomas empat
jari.
"a, b, c, d,
e, f, g,"kata thomas sambil menghitung jari-jari kami dengan huruf
alphabet.
"kalo dion
lagi galau ,ngapain ?",kata ku melempar pertanyaan.
"gigit-gigit
centong nasi !", jawab thomas.
"emm .. goyang
itik di depan emak nya !" jawab ku.
"yeayy ! gue
menang ! haha .. kalah cepet lo vi !
"jahh , dua
kali lagi ,bodoh !",jawab ku dengan sedikit kesal.
"oke, ABC lima
da..sar ! ,aku menunjukkan dua jari, begitupun Thomas.
"a, b, c,
d,", kata ku.
"pak romi kalo
lagi patah hati ,ngapain hayo ?", thomas melempar pertanyaan.
"duduk di atas
loteng !",jawab ku.
"dekte-in
soal-soal bagaimana cara move on ke anak-anak ! haha ",jawab thomas.
"waahh, gila lo
,tom .. haha .. eits, tapi gue yang menang, lo yang kalah cepet, sekali lagi ya
.",jawab ku.
"ABC lima
da..sar ! a, b, c, d, e, f, g, h, i,", kata ku, sambil menghitung jari
kami, thomas lima, sedangkan aku empat.
"kalo si jono
lagi kumat ngondek nya bilang apa hayo ?", kata ku.
"ihh .. otot
abang cucok dehh ! jadi merindang semua bulu kuduk eike ! haha.. " jawab
ku.
"idihh … jorok
amat deh lu vi jadi cewek, liat eike dong, cucok abis begini ! haha …",
jawab thomas.
"rese' lu tom
! haha .. ayok gendong gue ,gue menang ! haha ..", kata ku.
"iye-iye vio
jelek , bawel , .."kata thomas sembari mengacak-acak poni ku lalu duduk
jongkok membelakangi ku.
"tomas mancung
tapi rese' .. seneng amat liat gue murka kalo lu ngacak-ngacak poni gue.",
jawab ku dengan kesal.
Begitulah sepintas kebahagiaan ku
bersama thomas, teman sepermainanku sedari kecil. Aku menyayangi nya. Lebih
dari sekedar teman maupun kakak. Jauh di hati ku yang paling kecil. Aku
mencintainya. Tapi kami berbeda keyakinan, dia menganut agama kristiani
sedangkan aku islam. Itu lah yang membuat ku agak terperangai mengharapkan yang
lebih dari hubungan kami. Aku pun sudah sangat bahagia dengan hubungan kami
ini. Namun itu hanya awalnya. Di semester pertama kami di kelas XII SMA ,aku
tak sengaja mengetahui perasaan thomas kepadaku. Saat itu aku ketiduran di
taman belakang rumah, kebiasaan ku di saat malam minggu adalah duduk di ayunan
bersama thomas, berfilosofi ria ataupun sekedar bercanda gurau, maupun
mendengarkan radio sambil menatap langit malam.
"Vi, vi .. nahh .. ketiduran nih
bocah .. hehe .. manis juga lo vi kalo
lagi tidur pules gitu ."kata
thomas.
Entah, saat itu aku benar-benar
mendengar suara thomas jelas di samping telinga ku.
"Vi.. thank's ya udah jadi hal
terindah dalam hidup gue, thank's buat
tahun-tahun terindah yang lo kasih ke
gue, thank's karena lo tetep jadi
alasan gue tersenyum, lo dunia gue vi
… Gue tau kita gak mungkin bisa
pacaran ataupun lebih, jadi please ...
ijinin gue untuk tetep jadi alasan lo
tersenyum." kata thomas lirih.
Ada sesuatu, hangat,
menghampiri bibir ku. Dan aku coba membuka mata ku sedikit saja. Ternyata
Thomas ! aku terkejut . Dengan tetap menutup mata ,aku coba sedikit
bergerak seperti seseorang yang sedang sedikit mengigau. Dia pun tersentak
kaget lalu lekas menggendongku ke dalam rumah dengan mencoba tetap tenang.
Dalam gendongannya, hati ku berdegup lebih kencang, detak jantung ku
berlari-larian tak menentu. Aku juga mendengar, merasakan degup jantung Thomas.
Jantung kami melantunkan degup yang sama (cinta).