Rss Feed

Senjaku=Iriana



                    Angin bertiup lembut membelai wajah kami. Aku tidak bisa berhenti menatap wajahnya yang sedari tadi memandang lurus kedepan. Mungkin ia menemukan luasnya hamparan sawah dan padi yang menghijau dalam pandangannya, hamparan sawah dan padi yang menghijau dalam balutan senja, nampak luar biasa memang. Tapi aku menemukan semesta dalam balutan senja pada wajahnya. Rambut yang melambai tertiup angin, menambah kesan cantik melebihi polesan make-up artis sekalipun. Nampak alami, se-alami padi yang menghijau ini. Nampak anggun, se-anggun senja yang sedang kami nikmati.
            “Are, coba lihat awan itu.” Iriana menunjuk salah satu awan.
            “Tampak seperti sebuah cincin.” Jawabku singkat.
            “Cincin dengan balutan permata senja.” Iriana tersenyum.
Aku terpana dibuatnya, awan yang berbentuk sebuah cincin dengan permata pancaran senja. Indah bukan main. Dalam hati aku berdo’a “Wahai Sang Maha Mengetahui deru yang bergemuruh dalam hati setiap manusia, tolong jaga semestaku, tolong jaga keteduhannya, tolong jaga senjaku=iriana.”


Degup Jantung Yang Sama





          Warna kuning keemasan membuncah langit sore, membuka cakrawala dengan kekaguman. Senyum ku pun turut menjadi saksi keindahannya. Aku duduk di pinggir jalan yang hanya bisa di lewati motor dan pejalan kaki saja tapi sepi jika sudah menjelang sore, di tengah area persawahan yang cukup luas. Aku rutin dua minggu sekali melakukan jogging sore. Dan ini lah tempat favorit ku. Ketika lelah merangkul ku, aku akan beristirahat sejenak. Duduk sambil menikmati sunset di sini. Aku masih selalu melakukan ritual permainan anak-anak yang dikenal dengan sebutan "ABC lima dasar". Dengan menunjukkan berapa jari tangan yang kita perlihatkan, lalu kita masing-masing bisa membuat pertanyaan dengan jawaban dari awal huruf jumlah jari kita, bersama seseorang.
"kita main ABC lima dasar yuk ,tom !", ajak ku.
"bentar ah vi ! masih capek nih ..", jawab thomas sambil menyeka keringat yang masih berkucuran di dahi nya.
"ayook .. lu kan udah minum, udah duduk, udah liat sunset, masa' masih capek sih ?",gerutu ku sambil menekuk wajah.
"Eciyee.. yang lagi ngambek.. Gak asik ah, gitu aja ngambek sih vi ,haha … Ya udah ayok deh ayok ..",jawab Thomas.
"horee .. ayok ! ABC lima da..sar !", aku menunjukkan tiga jari sedangkan thomas empat jari.
"a, b, c, d, e, f, g,"kata thomas sambil menghitung jari-jari kami dengan huruf alphabet.
"kalo dion lagi galau ,ngapain ?",kata ku melempar pertanyaan.
"gigit-gigit centong nasi !", jawab thomas.
"emm .. goyang itik di depan emak nya !" jawab ku.
"yeayy ! gue menang ! haha .. kalah cepet lo vi !
"jahh , dua kali lagi ,bodoh !",jawab ku dengan sedikit kesal.
"oke, ABC lima da..sar ! ,aku menunjukkan dua jari, begitupun Thomas.
"a, b, c, d,", kata ku.
"pak romi kalo lagi patah hati ,ngapain hayo ?", thomas melempar pertanyaan.
"duduk di atas loteng !",jawab ku.
"dekte-in soal-soal bagaimana cara move on ke anak-anak ! haha ",jawab thomas.
"waahh, gila lo ,tom .. haha .. eits, tapi gue yang menang, lo yang kalah cepet, sekali lagi ya .",jawab ku.
"ABC lima da..sar ! a, b, c, d, e, f, g, h, i,", kata ku, sambil menghitung jari kami, thomas lima, sedangkan aku empat.
"kalo si jono lagi kumat ngondek nya bilang apa hayo ?", kata ku.
"ihh .. otot abang cucok dehh ! jadi merindang semua bulu kuduk eike ! haha.. " jawab ku.
"idihh … jorok amat deh lu vi jadi cewek, liat eike dong, cucok abis begini ! haha …", jawab thomas.
"rese' lu tom ! haha .. ayok gendong gue ,gue menang ! haha ..", kata ku.
"iye-iye vio jelek , bawel , .."kata thomas sembari mengacak-acak poni ku lalu duduk jongkok membelakangi ku.
"tomas mancung tapi rese' .. seneng amat liat gue murka kalo lu ngacak-ngacak poni gue.", jawab ku dengan kesal.

Begitulah sepintas kebahagiaan ku bersama thomas, teman sepermainanku sedari kecil. Aku menyayangi nya. Lebih dari sekedar teman maupun kakak. Jauh di hati ku yang paling kecil. Aku mencintainya. Tapi kami berbeda keyakinan, dia menganut agama kristiani sedangkan aku islam. Itu lah yang membuat ku agak terperangai mengharapkan yang lebih dari hubungan kami. Aku pun sudah sangat bahagia dengan hubungan kami ini. Namun itu hanya awalnya. Di semester pertama kami di kelas XII SMA ,aku tak sengaja mengetahui perasaan thomas kepadaku. Saat itu aku ketiduran di taman belakang rumah, kebiasaan ku di saat malam minggu adalah duduk di ayunan bersama thomas, berfilosofi ria ataupun sekedar bercanda gurau, maupun mendengarkan radio sambil menatap langit malam.

"Vi, vi .. nahh .. ketiduran nih bocah .. hehe .. manis juga lo vi kalo
lagi tidur pules gitu ."kata     thomas.

Entah, saat itu aku benar-benar mendengar suara thomas jelas di samping telinga ku.

"Vi.. thank's ya udah jadi hal terindah dalam hidup gue, thank's buat
tahun-tahun terindah yang lo kasih ke gue, thank's karena lo tetep jadi
alasan gue tersenyum, lo dunia gue vi … Gue tau kita gak mungkin bisa
pacaran ataupun lebih, jadi please ... ijinin gue untuk tetep jadi alasan lo
tersenyum." kata thomas lirih.


          Ada sesuatu, hangat, menghampiri bibir ku. Dan aku coba membuka mata ku sedikit saja. Ternyata Thomas !  aku terkejut . Dengan tetap menutup mata ,aku coba sedikit bergerak seperti seseorang yang sedang sedikit mengigau. Dia pun tersentak kaget lalu lekas menggendongku ke dalam rumah dengan mencoba tetap tenang. Dalam gendongannya, hati ku berdegup lebih kencang, detak jantung ku berlari-larian tak menentu. Aku juga mendengar, merasakan degup jantung Thomas. Jantung kami melantunkan degup yang sama (cinta). 

BUKAN CINTA MANUSIA BIASA (Part 2)


#SURAT UNTUK ARE

Aku menemukan sebuah memoar yang terjatuh ditempat biasa kita menyaksikan senja, are. 
Memoar yang kamu peruntukkan ‘Paramashinta Az-Zahwa’, dan akulah pemilik nama itu.

Memoar itu sangat indah, are. 
Aku bahkan tidak menyadari tetes demi tetes yang mengalir dipipiku saat aku membacanya. 
Kamu adalah aku. Separuh dari diriku. 
Kamu bahkan lebih mengerti aku daripada diriku sendiri.

Aku malu, are. 
Aku malu karena aku pun seorang yang bebal. 
Aku sungguh ingin mencintai kamu. 
Tapi, apakah manusia dapat menentukan kepada siapa ia jatuh cinta? Tentunya tidak, are. 

Sama sepertimu, cinta yang menentukan kepada siapa kamu jatuh cinta, pun aku. 
Aku juga tidak bisa memaksakan perasaanku untuk mencintaimu lebih dari sahabat yang teramat baik.
Ma’af, are … 

Cinta memilihku untuk menjatuhkan hati pada pria itu, satu-satunya pria yang kau setujui untuk menjadi pendamping hidupku. 
Aku janji aku akan bahagia untukmu, are.

Percayalah, are. 
Tuhan sedang mempersiapkan bidadari berhati permata untuk disandingkan dengan engkau.

Terimakasih karena sudah melepaskanku.
Terimakasih karena sudah mengikhlaskanku.

Semoga kamu lekas menemukan, saat kamu melepaskan.

Semoga kita dapat bertemu lagi dalam bahagia, sahabatku. Areno Adamar.


JATUH CINTA DIAM-DIAM



Jatuh cinta diam-diam itu ibarat teduh senja,
Tak banyak hati yang mampu menangkapnya
Jatuh cinta diam-diam itu seperti setetes embun pada pagi,
Rela habis terbakar sinar mentari, demi menyejukkan daun yang amat ia cintai

Diam-diam memperhatikan sorot matamu,
Diam-diam menyimpan segala kebiasaanmu di otakku,
Diam-diam merindukanmu,
Dalam diam aku sungguh-sungguh mencintaimu,

Biarkan aku mencintai kamu, karena aku tidak pernah lelah untuk itu.
Biarkan aku mencintai kamu, karena dengan itu aku merasa menemukan suatu kenyamanan.
Biarkan aku mencintai kamu, karena dengan itu aku merasa Tuhan mencintaiku tanpa syarat.

Dan biarkan aku membahagiakan kamu, sampai semua tentangku telah berakhir.


BUKAN CINTA MANUSIA BIASA (Part I)



“Ku tetap mencintaimu, masih. Meski kamu tidak cinta aku. Ku tetap merindukan kamu.”
Pernahkah kamu mencintai seseorang yang tidak mencintaimu?
Pernahkah kamu merindukan seseorang setiap harinya meski sekalipun dia tidak merindukanmu?
Pernahkah kamu bertahan demi seseorang yang sama sekali tidak mempertahankanmu?
Aku pernah.

Aku pernah berdarah demi mencintai seseorang yang tidak mencintaiku.
Aku pernah menguras habis air mataku hanya untuk merindukan seseorang yang tidak pernah merindukanku.
Aku pernah menukar kebahagiaanku demi bertahan untuk seseorang yang tidak pernah mempertahankan aku.

Aku akui, aku adalah seorang yang bebal.
Tapi aku mencintaimu.
Aku terluka, tapi aku bahagia hanya sebab kamu tersenyum jika bersamaku.

Meskipun bukan senyum yang menggambarkan sebuah perasaan cinta.

Sampai aku benar-benar menyaksikan senyummu yang paling bersinar ketika bersama pria itu.
Membuatku sadar akan satu hal.
Melepaskan bukanlah akhir dari segala hal, tapi awal yang baru.
Bahwa mengikhlaskan bukanlah menyerah, melainkan menerima hal-hal yang tidak bisa dipaksakan.

Ku tetap mencintaimu, masih.
Maka dari itu, kamu aku lepaskan untuk terbang sebebas-bebasnya.
Untuk singgah dihati siapapun yang kamu kehendaki.
Aku membiarkan kamu pergi, karena aku merasakan bahwa kamu lebih berbahagia ketika aku lepaskan.

Pergilah …
Aku mengikhlaskanmu.

Itulah wujud cintaku terhadapmu, za.
(Paramashinta Az-zahwa)